Content

Jangan lupa dishare ya Guys!

WhatsApp-Image-2020-07-10-at-16.51.13-1.jpeg
24/Jul/2020

Hallloooo Gaes,
⁣Pernahkah kalian mengalami sakit gigi di tengah Pandemi COVID19 ini? Baik itu gigi yang berlubang, goyang, dll yg menyebabkan nyeri dan tidak nyaman? Berencana pergi ke dokter gigi tapi takut keluar rumah?⁣

Naah menghadapi permasalahan ini, Puskesmas Kecamatan Kembangan meluncurkan Layanan Teledentistry, ini merupakan Layanan Poli Gigi di Era New Normal yang diluncurkan untuk menjawab pertanyaan pasien seputar keluhan gigi.⁣

Gimanaa caranya konsultasi online ini? Kalian cukup simpan nomor WhatsApp Layanan Teledentistry dan bisa hubungi kami setiap Senin-Jumat, pukul 08.00 – 12.00 WIB.⁣ Ikuti langkah-langkah dan ketentuan Teledentistry ya, semoga layanan ini bisa membantu Anda mendapatkan solusi terbaik dalam menghadapi sakit gigi di tengah Pandemi COVID19.


ss-1200x803.jpg
08/Jul/2020

Halo gaes….

Ga kerasa ya sudah bulan Juli lagi, itu artinya sudah hampir 4 bulan Indonesia dinyatakan mengalami pandemi virus Corona. Artinya pula sudah hampir 4 bulan ga ada kegiatan belajar mengajar secara tatap muka. Mulai bosan, mulai jenuh, mulai dialami oleh hampir semua orang.

“Kapan pandemi ini akan berakhir?”, mungkin hal ini yang terbesit di pikiran kita. Sampai detik ini tidak ada yang bisa menjawabnya, karena kasus positif masih ditemukan, bahkan jumlahnya makin banyak. Menunggu vaksin ditemukan? Pastinya butuh waktu yang cukup lama menemukannya. Dan kalaupun sudah ditemukan belum tentu kita bisa menggunakannya secepat itu.

Lantas bagaimana? Bukankah life must go on? Kita harus tetap aktif dan produktif?

Nah…untuk menjawabnya, pada hari Jumat, tanggal 3 Juli 2020  yang lalu, Puskesmas Kecamatan Kembangan mengadakan SPEAK 02 (Seminar, Promosi, dan Edukasi Kesehatan) khusus remaja dengan tema “TETAP HITS DI ERA NEW NORMAL”. Acara ini dilaksanakan secara online melalui Zoom dan streaming Youtube, dihadiri oleh sekitar 60 orang peserta. Acara ini dimoderatori oleh dr. Irmawati selaku dokter Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) di Puskesmas Kecamatan Kembangan dengan narasumber Narila Mutia Nasir, SKM., MKM., Ph.D, seorang dosen FIKES UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga Sekjend IAKMI (Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia).

Kak Tia (panggilan narasumber kita) memaparkan bahwa sejak ditemukannya kasus positif pertama di Indonesia pada tanggal 2 Maret 2020 kasus corona positif makin meningkat jumlahnya (data s/d 2 Juli 2020 sebanyak 59.934 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 2.987). Artinya Indonesia masih berada di tengah pandemi. Pandemi yang pada awalnya diperkirakan akan berakhir di awal Juli ini nyatanya belum juga berakhir.

Pemerintah sudah menerapkan beberapa aturan untuk menekan laju penambahan kasus COVID-19 ini. Dari mulai PSBB sampai membatasi aktifitas tertentu seperti belajar, bekerja, dan beribadah di rumah, larangan mudik, dll.

Sekarang kita mulai mendengar istilah new normal, era di mana kita harus bisa beradaptasi dengan tatanan dunia yang baru walaupun sedang mengalami pandemi. Menurut Kak Tia, cara terbaik yaitu dengan melakukan pencegahan. Ada 7 perilaku hidup sehat yang harus jadi kebiasaan agar kita bisa terhindar dari COVID-19 maupun penyakit lainnya.

7 Kebiasaan tersebut adalah :

  1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir dilakukan dengan 6 langkah. Kegiatan ini sangat efektif mencegah penularan karena virus corona memiliki selimut di bagian luar inti virus yang terdiri dari lemak. Dengan mencuci tangan menggunakan sabun lemak tadi bisa hilang sehingga virus tidak dapat menginfeksi. Hand sanitizer dapat digunakan bila kita sulit menemukan sabun atau air/ bila kita sedang bepergian.

  1. Menggunakan masker

Penularan virus corona ini dapat terjadi bila seseorang yang memiliki virus tersebut di tubuhnya mengeluarkan droplet yang berisi virus saat batuk maupun bersin. Penggunaan masker dapat mencegah masuknya virus tersebut ke tubuh orang lain.

  1. Menjaga jarak 1-2 m

Dengan menerapkan jaga jarak laju infeksi dapat ditena dari 12,8% menjadi 2,6%.

  1. Menerapkan etika batuk dan bersin

Menerapkan etika batuk dan bersin dapat mencegah penularan virus

  1. Mengonsumsi makanan sehat

Makanan dengan gizi seimbang akan membantu meningkatkan imunitas tubuh sehingga virus tidak dapat berkembang di dalam tubuh.

  1. Melakukan olahraga teratur

Olahraga yang teratur dengan intensitas sedang sebanyak 2-3x/minggu dengan selama 30 menit setiap kalinya dapat membantu meningkatkan imunitas tubuh. Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang dapat dilakukan di rumah. Lakukan olahraga dengan bahagia agar tbuh dapat memproduksi hormon endorfin yang dapat meningkatkan imunitas tubuh.

  1. Melakukan disinfektasi

Virus corona dapat bertahan beberapa lama dalam benda mati. Melakukan disinfektasi pada pakaian, peralatan rumah, dan lainnya secara teratur dapat membunuh virus.

7 kebiasaan tersebut harus dilakukan secara rutin setiap hari sehingga menjadi bagian dari kehidupan sehari hari, dan dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat. Kita bisa melalui pandemi ini jika kita mematuhi semua protokol dan menjalankan 7 kebiasaan tadi secara kompak dan serentak.

Nah gaes… sudah siap semua menghadapi era new normal?

Keep healthy and be Happy


Picture1.png
26/May/2020

Gaes, peristiwa dalam hidup manusia tentu sangat bervariasi. Kesulitan dan “jatuh” dapat menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam hidup. Yuuk jadikan semuanya pengalaman dan bangkit kembali.

Setiap orang punya pengalaman sendiri loohh, misalnya :

  • Penyakit diabetes bagi pasien A dianggap sebagai hal yang biasa dan membuatnya justru semakin semangat menjalani hidup; namun bagi pasien B dianggap sebagai penyakit yang sangat menakutkan dan membuatnya merasa hidup tidak ada gunanya lagi.
  • Putus cinta bagi remaja X membuatnya sangat terluka hingga merasa diri tidak berguna dan sulit move on; sementara putus cinta bagi remaja Y dianggap sebagai hal yang wajar dalam sebuah hubungan dan ia dapat mencari pasangan baru dengan cepat
  • Sekolah/bekerja/kuliah secara online dirasa lebih menyenangkan, tenang dan nyaman bagi individu O, namun bagi individu P justru membuatnya sering tidak bisa berkonsentrasi

 

“Suatu kejadian menjadi sumber stress atau tidaknya bergantung pada persepsi atau penilaian individu terhadap peristiwa tersebut”

Lalu, apa yang dimaksud dengan Relisiensi ?

Mau dan siapkah saya untuk bangkit kembali?

 

Meningkatkan Relisiensi, bagaimana caranya?

Apa saja yang dibutuhkan dalam membangun dan meningkatkan Relisiensi ?

Sumber :

 

Author : Rami Busyra Ikram, M.Psi., Psikolog


fact-or-myth.jpg
22/May/2020

Haiii Gaes, apa kabarnya? Sudah memasuki penghujung bulan Ramadhan nih, masih di tengah Pandemi COVID-19 yang terjadi di hampir seluruh dunia.

Keterbatasan informasi seputar COVID-19 bahkan ketidakakuratan informasi yang beredar akhir-akhir ini tentunya akan menyulitkan setiap orang untuk mengetahui fakta yang sebenarnya.

Jika informasi yang tidak akurat tersebut terus beredar di masyarakat, hal ini akan membuat resah bahkan menyulitkan penanganan COVID-19. Masyarakat di seluruh dunia diharapkan hanya mengakses atau memperoleh informasi dari sumber-sumber terpercaya. World Health Organization (WHO) berharap agar mitos maupun informasi keliru yang beredar itu tidak meresahkan masyarakat.

Untuk itu, WHO memberikan berbagai penjelasan dan fakta untuk mematahkan mitos terkait COVID-19 yang beredar di masyarakat. Dari sekian banyak mitos yang beredar, berikut mitos dan fakta seputar COVID-19 :

  1. Mitos : Berjemur dengan suhu di atas 25 derajat Celcius bisa mencegah penyebaran COVID-19

Fakta : Berjemur di cahaya matahari atau dengan suhu di atas 25 derajat Celcius tidak dapat mencegah penyebaran virus COVID-19. Faktanya, negara tropis yang memiliki cuaca panas juga dikabarkan terjangkit COVID-19. Untuk melindungi diri dari bahaya penyebaran adalah dengan rutin mencuci tangan dan hindari menyentuh mata, mulut, dan hidung

  1. Mitos : Mandi air panas bisa mencegah terkena virus COVID-19

Fakta : Mandi air panas tidak akan mencegah kita terkena virus COVID-19 , karena walaupun kita mandi dengan air panas suhu tubuh akan kembali ke suhu normal

  1. Mitos : Konsumsi minuman herbal seperti temulawak, jahe, serai, kunyit dapat mencegah tertular COVID-19

Fakta : Minuman herbal tersebut tidak dapat mencegah penularan COVID-19, namun bisa membantu tubuh melawan virus COVID-19. Kandungan curcumin didalamnya dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh

  1. Mitos : Penyemprotan klorin atau alcohol pada kulit dapat membunuh virus dalam tubuh

Fakta : Menyemprotkan klorin atau alkohol ke tubuh dapat membahayakan, terutama jika terkena mata atau mulut. Meskipun Anda dapat menggunakan bahan kimia ini untuk mendisinfeksi permukaan, tetapi jangan pernah menggunakannya di kulit, karena tidak dapat membuh virus COVID-19 yang ada di dalam tubuh

  1. Mitos : Gejala COVID-19 mudah dikenali

Fakta : COVID-19 menyebabkan berbagai gejala, banyak diantaranya muncul seperti penyakit pernafasan lain, termasuk flu dan pilek. Secara khusus, gejala umum COVID-19 termasuk demam, batuk dan kesulitan bernafas, serta gejala yang lebih jarang, termasuk pusing, mual, muntah dan pilek. Dalam kasus yang parah, penyakit ini dapat berkembang menjadi radang paru-paru yang serius. Namun, pada awalnya orang yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali

  1. Mitos : Thermal Scanner bisa deteksi virus COVID-19

Fakta : Fungsi dari thermal scanner adalah untuk mendeteksi adanya peningkatan suhu, dan tentu saja alat ini tidak dapat mendeteksi virus COVID-19. Peningkatan suhu yang termasuk demam (38 derajat celcius keatas) adalah salah satu adanya infeksi. Kita tetap harus menjalani serangkaian pemeriksaan dan tes laboratorium untuk mengetahui apakah kita terinfeksi virus COVID-19 atau tidak

  1. Mitos : Menahan napas selama 10 detik atau lebih tanpa batuk atau perasaan tidak nyaman, tandanya Anda terbebas dari COVID-19 atau penyakit pernapasan sejenis

Fakta : Bisa menahan napas selama 10 detik tidak berarti Anda terbebas dari COVID-19 atau penyakit pernapasan semacamnya. Gejala COVID-19 adalah batuk kering, kelelahan, dan demam. Beberapa orang bahkan bisa merasakan gejala-gejala tambahan lainnya, salah satunya adalah pneumonia. Cara terbaik untuk mengetahui apakah seseorang terjangkit corona atau tidak adalah dengan menjalani tes laboratorium.

  1. Mitos : Antiseptik tangan efektif bisa membunuh virus COVID-19

Fakta : Antiseptik tangan tidak 100% efektif untuk membunuh virus COVID-19. Ketika tangan kotor atau setelah melakukan aktivitas yang bisa menjadi penularan virus sebaiknya mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir

  1. Mitos : Covid-19 bisa menyebar lewat gigitan nyamuk

Fakta : Virus ini tidak dapat disebarkan melalui gigitan nyamuk. Virus hanya bisa ditularkan melalui tetesan penderita yang terinfeksi Covid-19.

  1. Mitos : Anak-anak tidak dapat tertular COVID-19

Fakta : Penyakit COVID-19 bisa terjadi pada siapapun tanpa memandang umur. Meskipun kasus COVID-19 yang terjadi pada anak lebih sedikit jika dibandingkan dengan orang dewasa

  1. Mitos : Terinfeksi corona berarti adalah akhir dari hidup Anda

Fakta : Anda bisa sembuh dari COVID-19. Terinfeksi Corona tidak berarti Anda akan membawa virus tersebut sepanjang hidup. Faktanya, banyak orang yang sudah terifeksi COVID-19 bisa pulih dan menghilangkan virus tersebut dari tubuhnya.

Gaes, dengan adanya penjelasan perihal Mitos dan Fakta terkait COVID-19 diharapkan dapat menjadi pembelajaran bagi kalian yaa dan dapat diteruskan ke keluarga atau lingkungan terdekat kalian.

Stay Safe yaa Gaes, tetap ikuti peraturan pemerintah untuk tetap #dirumahaja.

Semoga Pandemi COVID-19 ini cepat selesai sehingga kita semua bebas melakukan aktivitas seperti biasa.


WhatsApp-Image-2020-04-24-at-10.23.39.jpeg
24/Apr/2020

Hai Gaes, apa kabarnya? Sudah memasuki bulan suci Ramadhan nih, di tengah situasi pandemi ini semoga kalian tetap sehat yaa.

Ramadhan kali ini memang terasa berbeda ya gaes, karena adanya COVID-19 yang melanda Indonesia dan dunia. Tetapi kondisi ini jangan menyurutkan niat kita ya gaes untuk menyambut datangnya Ramadhan dengan suka cita. Yukk lakukan perilaku hidup bersih dan sehat selama berpuasa. Ramadhan kali ini kita berbuka dan sahur di rumah aja bersama keluarga ya.

Nah bagaimana sih asupan makan kita selama bulan puasa dan ditengan situasi pandemic ini ? Yuk kita simak tipsnya yaa..

Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan aman dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan resiko penyakit kronis dan penyakit infeksi.

  1. Apasih makanan dengan gizi seimbang ??

Secara umum, pengertian gizi seimbang adalah susunan asupan sehari-hari yang jenis dan jumlah zat gizinya sesuai dengan kebutuhan tubuh. Pemenuhan kebutuhan gizi ini juga harus memperhatikan prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih, dan mempertahankan berat badan normal guna mencegah masalah gizi. Gizi seimbang terdiri dari asupan yang cukup secara kuantitas, cukup secara kualitas, dan mengandung berbagai zat gizi seperti karbohidrat atau makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayur dan buah-buahan yang diperlukan tubuh untuk menjaga kesehatan.

  1. Konsumsi Makanan Segar/ Tidak diawetkan

Nah disaat kondisi pandemic ini untuk kalian mengutamakan makanan segar yaaa, makanan segar itu sendiri artinya makanan yang belum dimasak atau di proses yaa.

  1. Minumlah Air yang cukup saat sahur dan buka puasa.

Meski puasa tubuh tetap butuh 2 liter cairan yang setara dengan 8 gelas/hari. Nah kalian bisa membagi nya nih gaes misalnya 2 gelas saat sahur,  2 gelas saat buka puasa dan 4 gelas di malam hari.

  1. Hindari konsumsi lemak dan minyak berlebih

Makanan tinggi lemak biasanya juga tinggi kalori, karena satu gram lemak setara dengan 9 kalori. Jadi, satu sendok teh minyak gorengan dapat diperkirakan menyumbang sekitar 45 kalori. Jika Anda rutin mengonsumsi makanan yang digoreng, bukan tidak mungkin lama kelamaan berat badan Anda akan bertambah, dan juga meningkatkan resiko penyakit jantung, kolesterol juga obesitas.

  1. Hindari konsumsi gula dan garam berlebih

Pasti kalian sudah tahu kalau terlalu banyak mengonsumsi garam bisa menyebabkan berbagai penyakit berbahaya, seperti stroke, jantung, gangguan ginjal, dan hipertensi. Nah agar tidak terkena penyakit-penyakit berbahaya tersebut, butuh berapa banyak garam tubuh kita per hari sebenarnya?

Berdasarkan rekomendasi nutrisi dari Health Canada, tubuh kita cuma membutuhkan 115 miligram sodium per hari untuk hidup sehat. Sebagai perbandingannya, 1 sendok teh garam mengandung 2.000 miligram sodium.

  1. Tips Olahraga saat puasa

Di tengah pandemi corona, penting untuk menjaga kebugaran tubuh meski sedang berpuasa. Meski sedang melakukan ibadah puasa, Anda masih bisa berolahraga. Selain menyehatkan, olahraga juga bisa menambah daya tahan tubuh. Berolahraga selama 30 menit di sore hari sekitar 60-90 menit dari waktu berbuka agar tidak terjadi  dehidrasi yang berlebih. Lakukan olahraga dengan intensitas ringan/sedang, seperti jogging, jalan kaki atau bersepeda. Sebaiknya jangan melakukan olahraga dengan intensitas tinggi selama puasa.

  1. Hindari makan diluar untuk menghindari kerumunan

Ada beberapa upaya mencegah penyebaran corona COVID-19. Satu di antaranya adalah menghindari kerumunan.  Nah jadi untuk kalian yaa gaes usahakan makanan yang kita beli untuk dikonsumsi dirumah aja, karena dengan begitu kita bisa memutus rantai penyebaran virus COVID-19.

Nah berarti untuk saat ini kalo ada teman kalian yang mengajak untuk berbuka bersama di hindari dulu ya gaess atau kalian bisa bukber dengan cara online


mental.jpg
02/Apr/2020

Hai Gaes, apa kabarnya? Di tengah situasi pandemic ini semoga kalian tetap sehat yaa. Bagaimana belajar di rumahnya?

Sebelumnya kan kita udah bahas tentang penyakit dari virus Covid-19, bagaimana dampaknya dengan kalian? Ada yang merasa stress ga? Mencari tahu informasi mengenai Covid-19 itu penting banget lho, supaya kita tetap waspada, tapi sebaiknya juga jangan berlebihan. Kenapa memang? Yuk kita baca ulasan berikut ini.

Hubungan antara Pikiran, Perasaan, dan Sensasi Tubuh / Fisik

  • Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa kesehatan fisik berhubungan erat dengan kesehatan mental. Begitu pula sebaliknya.
  • Di kondisi pandemic covid-19 ini, munculnya perasaan cemas dan takut merupakan hal yang normal
  • Cemas dan takut merupakan salah satu tanda pertahanan diri
  • Kedua emosi tersebut membuat kita lebih waspada terhadap bahaya memunculkan stress

Apa itu Stres?

  • Stres adalah pengalaman emosional yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang diarahkan baik untuk mengubah peristiwa yang dianggap stresful dan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan
  • Stressor adalah stimulus, penyebab, atau hal-hal yang memunculkan stres
  • Stres dibagi menjadi 2, yakni eustress dan distres
  • Eustress : stress positif yang mengarahkan diri lebih optimal dan semangat, dilingkupi oleh emosi yang positif, masih dapat berfungsi dengan baik dan menjalankan aktivitasnya sehari-hari, contoh perilakunya adalah membaca berita tentang COVID19 dari sumber yang terpecaya sehingga tidak mudah terpancing oleh berita yang belum jelas kebenarannya.
  • Distress : Stress yang dapat mengganggu keberfungsian hidup, biasanya dilingkupi oleh emosi negative terus-menerus, keberfungsian hidup dan aktivitas sehari-hari menurun, contoh perilakunya adalah tidak mau mandi, tidak mau makan, tidak dapat membedakan mana info hoax mana yang bukan

Distress dapat mengganggu kesehatan

  • Distres menimbulkan efek fisiologis pada tubuh, seperti tekanan darah tinggi, imun tubuh menurun sehingga tubuh kesulitan untuk melawan infeksi
  • Distres mempengaruhi perilaku hidup sehat. Individu yang hidup dengan distres kronis memiliki kebiasaan kesehatan yang lebih buruk. Perilaku kesehatan yang buruk termasuk merokok, gizi buruk, kurang tidur, kurangnya olahraga, dan penggunaan zat seperti obat-obatan dan alkohol.
  • Distres bisa membuat seseorang menghindari kontak sosial atau, lebih buruk lagi, mengurung diri dan Optimisme, harga diri, dan rasa kontrol pribadi juga berkontribusi terhadap kesehatan yang baik, namun stres dapat melemahkan keyakinan tersebut.
  • Individu yang mengalami distress cenderung menunda mencari perawatan untuk mengatasi gangguan yang dialami atau mereka mungkin tidak mencari perawatan sama sekali.

Lantas, Apa yang Perlu Kita Lakukan dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 ini dong Gaes?

  1. Melakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) : konsumsi makanan yang bergizi, banyak minum air putih, selalu mencuci tangan dengan 6 langkah, mandi, berjemur saat pagi hari, olahraga ringan di rumah
  2. Melakukan etika batuk dengan benar (menggunakan masker dan/atau menggunakan siku bagian lengan dalam saat batuk ataupun bersin)
  3. Membatasi durasi penggunaan media social dan menonton berita terkait covid-19 (tentukan durasi lamanya Anda akan mengakses media tersebut)
  4. Mute / unfollow akun-akun yang hanya berisi ujaran kebencian, hoax, atau hal negative lainnya
  5. Tahan keinginan untuk langsung menyebarluaskan informasi tertentu. Cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang diterima melalui berbagai sumber yang terpercaya lewat internet (website institusi resmi, WHO, dan sebagainya). Jangan mudah percaya pada berita-berita yang disebarluaskan dan belum jelas kebenarannya.
  6. Lakukan hobby atau kebiasaan yang menyenangkan bagi Anda, misalnya mendengarkan musik, memasak, menjahit, dll
  7. Menjaga jarak fisik saat berbicara dengan orang lain. Usahakan untuk menjaga jarak setidaknya 1,5 meter saat Anda berbicara dengan orang lain. Hindari kontak fisik secara langsung, seperti berjabat tangan, mencium pipi kanan-kiri
  8. Tetaplah berkomunikasi dan saling bertanya kabar dengan anggota keluarga maupun kerabat melalui telf, chat, video call
  9. Istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali energi yang telah terpakai

Sumber literatur :

Taylor, S.E. (2015). Health Psychology 9th Ed. New York: McGraw Hill.

Parker, K. N., & Ragsdale, J. M. (2015). Effects of Distress and Eustress on Changes in Fatigue From Waking to Working. International Association of Applied Psychology, 3(7). Diakses dari https://doi.org/10.1111/aphw.12049

Penulis : Rami Busyra Ikram, M.Psi., Psikolog


social-distance.jpg
24/Mar/2020

Hai gaes…..gimana kabarnya selama liburan ini?

Eh tepatnya bukan liburan ya, tapi belajar dari rumah. Ya, pemerintah Provinsi DKI dan Provinsi lainnya memang menerapkan aturan belajar di rumah bagi pelajar selama 14 hari untuk mencegah penularan COVID-19. Kenapa harus 14 hari ya ?

Mending kita ulas dulu yuuuk tentang COVID-19 ini…

Apa Itu COVID-19

Coronavirus Disease 2019 atau COVID-19 adalah penyakit baru yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan radang paru. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2).

Apa saja gejalanya?

Gejala klinis yang muncul beragam, mulai dari seperti gejala flu biasa (batuk, pilek, nyeri tenggorokan, nyeri otot, nyeri kepala) sampai yang berkomplikasi berat (pneumonia atau sepsis) yang biasanya bergejala sesak bahkan bisa koma.

Bagaimana COVID-19 Menular?

COVID-19 adalah penyakit baru dan para peneliti masih mempelajari bagaimana cara penularannya. Dari berbagai penelitian, metode penyebaran utama penyakit ini diduga adalah melalui droplet saluran pernapasan dan kontak dekat dengan penderita. Droplet merupakan partikel kecil dari mulut penderita yang dapat mengandung virus penyakit, yang dihasilkan pada saat batuk, bersin, atau berbicara. Droplet dapat melewati sampai jarak tertentu (biasanya 1 meter).

Droplet bisa menempel di pakaian atau benda di sekitar penderita pada saat batuk atau bersin. Namun, partikel droplet cukup besar sehingga tidak akan bertahan atau mengendap di udara dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, orang yang sedang sakit, diwajibkan untuk menggunakan masker untuk mencegah penyebaran droplet. Untuk penularan melalui makanan, sampai saat ini belum ada bukti ilmiahnya.

Untuk Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah telah terjadi transmisi lokal, artinya infeksi yang didapat bukan  berasal dari luar negeri, melainkan dari penderita Corona positif di dalam negeri.

Bagaimana cara kita melindungi diri dari COVID-19???

Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah atau membantu menghentikan penyebaran coronavirus, antara lain:

Hal yang Harus Dilakukan

  1. Tutupi mulut dan hidung saat batuk atau bersin dengan tissue. Buang tissue pada tempat sampah tertutup
  2. Bersihkan dan lakukan disinfeksi permukaan benda yang sering disentuh
  3. Kenakan masker hanya jika Anda sakit. Ganti secara berkala dan tetap tinggal di rumah atau segera ke fasilitas kesehatan
  4. Cuci tangan dengan sabun dan air minimal 20 detik atau gunakan hand sanitizer berbasis alcohol minimal 60%
  5. Terapkan pola hidup sehat dengan makanan bergizi dan olahraga

Selain itu, apabila ada gejala mirip COVID19, yang perlu dilakukan adalah :

  1. Hubungi nomor layanan COVID19 di 112, 081 112 112 112, 081 388 376 955
  2. Kenakan masker (tipe masker bedah) dan ganti secara berkala agar tidak menular ke orang lain
  3. Batasi menerima tamu di rumah, hindari kontak langsung dengan tamu untuk mencegah penyebaran virus yang lebih luas
  4. Tetap tinggal di rumah jaga jarak dengan orang lain termasuk anggota keluarga
  5. Minta bantuan teman, anggota keluarga, atau layanan jasa lain untuk menyelesaikan urusan di luar rumah
  6. Lakukan semua hal ini selama 14 hari untuk membantu mengurangi penyebaran virus karena sampai saat ini belum ditemukan obat khusus untuk pasien COVID19. Perawatan yang tersedia saat ini bertujuan untuk meringankan gejala. Pasien harus tetap terisolasi dari orang lain sampai benar-benar pulih

Hal yang Tidak Boleh Dilakukan

  1. Berada dekat dengan orang yang sedang sakit, batuk atau bersin
  2. Menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan telapak tangan
  3. Menimbun masker

Terus kenapa kita harus belajar di rumah selama 14 hari?

Pada tanggal 14 Maret 2020  atas masukan dari Ikatan Dokter Indonesia DKI Jakarta, Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, dan WHO Indonesia, Pemerintah Provinsi memutuskan untuk menutup semua sekolah di lingkungan Provinsi DKI Jakarta dan melakukan proses belajar mengajar metode jarak jauh. Harus 14 hari karena masa penularan virus corona (COVID-19) itu minimal 2-14 hari sampai muncul gejala. Artinya orang yang terinfeksi bisa saja tetap merasa sehat dan berisiko menularkannya kepada orang lain. Nah jika kamu tetap bepergian ke luar (misalnya ke tempat bermain, mall, tempat rekreasi, rumah teman, bioskop, pasar, supermarket, dll) pada hari ke 8, seandainya kamu tertular di hari ke 8 itu dari orang lain atau tempat yang dikunjungi, mungkin di hari ke-14 belum ada tanda-tanda sakit. Di hari ke-15 saat kamu mulai masuk sekolah lagi virus tersebut bisa saja tertular ke teman temanmu yang lain.

Tempat apa saja yang harus dihindari?

Prinsipnya tempat dimana banyak orang orang berkumpul, seperti fasilitas layanan kesehatan (Fasyankes), pasar, mall, tempat rekreasi, tempat ibadah, dll.

Untuk Fasyankes seperti Puskesmas dan RS kamu sebaiknya menunda datang ke tempat tersebut untuk keluhan keluhan yang masih bisa ditunda, dan kamu bisa mengatasi dengan hal hal sederhana yang bisa didapat di rumah seperti obat tradisional atau obat yang ada di kotak P3K rumahmu

Sementara untuk hal hal yang sifatnya mendesak atau gawat darurat kamu bisa langsung pergi ke Fasyankes, nah…apa saja itu?

Terus apa saja yang bisa dilakukan selama 14 hari ini ? Banyak kok hal hal positif yang bisa kamu lakukan di dalam rumah, misalnya bermain bersama saudara, menekuni hobbi yang bisa dilakukan di rumah (membaca, main musik, melukis, menulis, dan lain lain), membantu orang tua, atau hal positif lainnya atau kamu copy link berikut :

file:///C:/Users/User/Downloads/50+%20Ide%20Main%20Tanpa%20Printable.pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/Storybook%20GEMBIRA%20BERSAMA%20AYAH%20IBU%20rev%20F.pdf.pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/Activity%20Book%20GEMBIRA%20BERSAMA%20AYAH%20IBU-ALLvers_Rev6.pdf.pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/15%20Printable%20@grace.melia.pdf

file:///C:/Users/User/Downloads/E-Book%20Kompilasi%20Tips%20Ide%20Kegiatan.pdf

www.coronajakarta.go.id

 

 


Gigi8.png
18/Feb/2020

Gaes, apakah kalian termasuk dari salah satu orang yang takut untuk melakukan perawatan ke dokter gigi? Atau mungkin kalian memiliki anggapan bahwa hanya perlu ke dokter gigi disaat sedang mengalami keluhan pada gigi dan mulut? Gaes, mulai sekarang ubah pola pikir seperti itu ya, dan mulai menumbuhkan kesadaran untuk peduli kesehatan gigi dan mulut ya, berikut kami paparkan Mitos vs Fakta Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut yang bisa kalian pahami agar tidak takut lagi untuk datang ke dokter gigi.

  1. Mitos : Cabut gigi atas bisa menyebabkan kebutaan?

Fakta : Cabut gigi atas tidak menyebabkan kebutaan, karena syaraf yang mempersyarafi gigi atas berbeda dengan syaraf mata. Namun, jIka seseorang sakit gigi, penjalaran infeksinya memang bisa mencapai pipi hingga mata.

Seperti yang terlihat, garis yang berwarna merah adalah syaraf yang mempersyarafi mata, sedangkan garis yang berwarna hijau, syaraf yang mempersyarafi gigi atas.

  1. Mitos : Sakit gigi dapat sembuh dengan hanya minum obat penghilang nyeri?

Fakta : Obat penghilang nyeri / Pain Killer hanya membantu menghilangkan rasa sakit sementara, namun infeksi bakteri pada gigi tetap ada dan rasa sakit akan muncul lagi sehingga jika sakit gigi harus segera ke dokter gigi yaa.

  1. Mitos : Bila seseorang sakit gigi lebih baik dicabut daripada ditambal, toh setelah ditambal bisa sakit lagi.

Fakta : Pencabutan gigi adalah alternatif terakhir bila perawatan lain sudah tidak mungkin dilakukan. Jadi, kalau gigi masih bisa ditambal kenapa harus dicabut?

Proses gigi berlubang melalui beberapa tahap. Bagaimana proses gigi berlubang/ karies gigi?  Bakteri/kuman-kuman yang ada didalam plak bersama sisa makanan akan bereaksi menghasilkan asam dan racun, asam yang dihasilkan kuman akan menyebabkan kerusakan jaringan gigi sedangkan racunnya akan menyebabkan radang gusi.

  1. Mitos : Gigi tidak perlu dicabut dan boleh dibiarkan saja bila yang tersisa akarnya saja, toh tidak ada keluhan yang dirasakan.

Fakta : Apabila gigi berlubang dibiarkan dan tidak dirawat, lama kelamaan gigi tersebut dapat patah dan akhirnya tinggal akarnya saja. Akar gigi tersebut merupakan sumber infeksi yang bisa menyebabkan gangguan penyakit lainnya.

  1. Mitos : Pencabutan gigi tidak boleh dilakukan saat wanita sedang menstruasi.

Fakta : Pencabutan gigi sebaiknya ditunda saat wanita sedang menstruasi. Perubahan hormonal dialamin wanita turut mempengaruhi keadaan di rongga mulut. Saat menstruasi, terjadi perubahan hormonal yaitu peningkatan kadar estrogen dan progesteron yang dapat menyebabkan gusi terjadi peradangan. Namun, pencabutan gigi dapat dilakukan saat wanita menstruasi di hari terakhir siklus menstruasi, dimana kadar estrogen lebih rendah.

  1. Mitos : Pencabutan gigi tidak boleh dilakukan saat sedang hamil?

Fakta : Pencabutan pada ibu hamil pada dasarnya tidak berbahaya selama si Ibu tidak mengejan dan merespon berlebihan saat gigi dicabut karena khawatir memicu kontraksi dan bayi akan lahir premature.

Jadi Sebaiknya, pada ibu hamil yang paling aman pada trimester kedua kehamilan (usia kandungan 4-6 bulan), ibu hamil berada dalam kondisi yang baik dan stabil secara emosional. Perawatan yang dapat dilakukan adalah pembersihan karang gigi (scaling gigi) dan tambal gigi. Pencabutan gigi yang menggunakan bius lokal bisa dilakukan, namun perlu persetujuan dokter kandungan terlebih dahulu.

  1. Mitos : Bila gigi anak berlubang tidak perlu ditambal karena nantinya akan digantikan gigi tetap / gigi permanen?

Fakta : Gigi anak yang berlubang tetap harus ditambal, karena akan menyebabkan infeksi menjalar ke jaringan pendukung gigi. Hal ini akan mempengaruhi tumbuh kembang gigi tetap/ gigi permanen. Selain itu, adanya karies/ gigi berlubang dapat menyebabkan anak kurang nafsu makan sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.


artikel-2.jpg
02/Jan/2020

Author : Rami Busyra Ikram, M.Psi., Psikolog

 

 

Hai Gaes, siapa di sini yang pernah marah?

Duuuh setiap orang pasti pernah ya merasa marah. Sebetulnya apa sih marah itu?

Marah adalah salah satu bentuk emosi pada manusia. Emosi muncul dari bagaimana persepsi atau penilaian kita terhadap sesuatu, misalnya kita marah karena diledek “gendut”. Rasa marah muncul karena penilaian kita terusik oleh adanya penilaian dari orang lain. Rasa muruh juga bias muncul karena harapan atau ekspektasi kita tidak sesuai dengan kenyataan.

Emosi marah bias dipicu oleh situasi yang tidak nyaman serta disertai penilaian adanya ancaman. Marah bisa muncul karena ada penyebab nyata yang sedang dihadapi atau persepsi individu

Cara kita memandang dan menilai suatu peristiwa à memengaruhi seberapa besar intensitas marah yang dirasakan

Respon yang muncul dari adanya rasa marah : flight (pergi, menghindar) atau fight (melawan).

  • Sebetulnya emosi marah itu ada manfaatnya juga, yakni mendorong manusia mengatasi ketidakadilan, membantu manusia dalam mencari solusi dan menghadapi masalahnya, membantu manusia agar bertahan dalam menyelesaikan masalahnya

 

 

Ada hal-hal yang harus kamu ingat nih Gaes kalau lagi merasa marah

“Bukan tentang bagaimana cara menanganginya, tetapi bagaimana individu fleksibel menggunakan strategi tersebut dalam berbagai situasi, apakah respon kita membahayakan diri sendiri maupun orang lain atau tidak?”

Dampak jangka panjang akibat dari emosi marah yang meluap-luap

  • Terganggunya relasi interpersonal
  • Kekerasan domestic atau penganiyaan
  • Masalah hukum, putus sekolah, sulit mendapat pekerjaan
  • Adiksi obat-obatan
  • Masalah pada hampir seluruh aspek kehidupan
  • Ada keinginan untuk melukai diri sendiri
  • Muncul pemikiran atau percobaan bunuh diri

 

Cara yang Dapat Dilakukan untuk Mengelola Emosi Marah

  1. Kenali penyebab atau situasi yang dapat memunculkan emosi marah.
  2. Amati detak jantung, keringat, dan respon fisik lainnya
  3. Tarik napas sebanyak 4-7-8 hitungan
  4. Identifikasi kemungkinan lain yang bisa memengaruhi kondisi tersebut. Misal: ia bersikap seperti itu karena sedang terburu-buru ingin pulang ke rumah atau menyelesaikan tugas
  5. Periksa apakah pikiran “orang tersebut benci kepada kita” itu fakta atau persepsi pribadi? Bisa cek dengan tanya langsung kepada ybs, cek apakah ia setiap saat bersikap seperti itu, cek apakah ia selalu bersikap seperti itu hanya kepada kita, dll
  6. Minum air putih

 

Sumber : Cicarelli, S. K. (2006). Psychology. Upper Sadle River, NJ: Pearson

 

 

 


ispa.jpeg
03/Dec/2019

Halo Gaes … Sudah memasuki bulan Desember, mulai sering turun hujan, namun kadang udara di luar masih terasa menyengat karena peralihan dari musim kemarau. Nah dimusim pancaroba ini mulai banyak yang batuk pilek atau sering disebut ISPA. Yuk kita kenali lebih jauh tentang ISPA.

Sebenarnya apakah ISPA itu ?

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi  akut yang dapat menyerang salah satu atau lebih bagian saluran pernafasan mulai dari hidung, sinus,  sampai ke alveoli yang ada di paru paru.

ISPA itu termasuk penyakit ringan atau berat?

KLASIFIKASI ISPA

  1. Klasifikasi berdasarkan lokasi
  • ISPA Bagian Atas

Infeksi Akut yang menyerang hidung sampai epiglottis dengan organ adneksanya, misalnya : Rhinitis Akut, Faringitis Akut, Tonsillitis Akut, Sinusitis Akut, dsb.

  • ISPA Bagian Bawah

Menyerang mulai dari bawah epiglottis sampai alveoli paru, misalnya : Trakeitis, Bronchitis Akut, Bronkiolitis, Pneumonia, dll.

  1. Klasifikasi berdasarkan derajat keparahan penyakit
  • ISPA Ringan : penatalaksanaannya cukup dengan obat pereda gejala, tanpa pengobatan antibiotika
  • ISPA Sedang : penatalaksanaannya memerlukan pengobatan dengan antibiotika tetapi tidak perlu dirawat ( cukup berobat jalan )
  • ISPA Berat : kasus ISPA yang harus dirawat di RS atau Puskesmas dengan sarana perawatan

 

Apakah penyebab ISPA?

Beberapa mikroorgnaisme yang dapat menyebabkan ISPA, antara lain :

  1. Virus : golongan miksovirus (virus influenza, virus parainfluenza, virus campak), Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpes Virus, dll.
  2. Bakteri : Streptokokus Hemolitikus, Stafilokokus,Pneumokokus, Haemofilus Influenzae, Bordetela Pertusis, Korinebakterium Difteria, dsb.
  3. Riketsia

Mikroorganisme tersebut dibatukkan/dibersinkan oleh penderita ISPA ke udara, sehingga dapat masuk ke dalam tubuh orang yang sehat.

Siapa saja yang rawan terkena ISPA?

Berikut beberapa orang yang rawan terkena ISPA, antara lain :

  • Bayi
  • Anak-anak yang lahir prematur atau yang memiliki riwayat jantung bawaan atau penyakit paru-paru.
  • Anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
  • Orang-orang di usia pertengahan.
  • Orang dewasa yang mengidap penyakit paru obsruktif kronik, gagal jantung progresif, atau asma.
  • Orang dengan usia lanjut
  • Orang dengan sistem imun lemah, seperti orang dengan transplantasi organ, kemoterapi, atau HIV/AIDS.
  • Orang yang dikelilingi dengan pengidap ISPA yang bersin atau batuk tanpa menutup hidung dan mulutnya.

Apa saja tanda dan gejala ISPA?

  1. ISPA Ringan
  • Batuk
  • Pilek
  • Serak
  • Sakit tenggorokan
  • Dengan ataupun tanpa panas (demam)
  • Termasuk juga ISPA Ringan : keluarnya cairan dari telinga (congekan) tanpa rasa sakit pada telinga, radang saluran tenggorokan (faringitis), radang amandel (tonsilitis)
  1. ISPA Sedang

Seperti ISPA ringan ditambah dengan satu atau lebih tanda dan gejala berikut :

  • Nafas cepat > 26x/menit ( tanda utama ) pada orang dewasa dan > 40x/menit pada balita
  • Panas 38° C atau lebih

3. ISPA Berat

Tanda dan gejala ISPA ringan / sedang ditambah dengan satu atau lebih tanda & gejala berikut :

  • Penarikan dinding dada ke dalam (chest indrawing) pada saat inspirasi (menarik nafas)
  • Stridor (mengorok)
  • Tak mampu atau tak mau makan

Tanda & Gejala ISPA berat yang lain :

  • Kulit kebiru – biruan (sianosis)
  • Nafas cuping hidung (cuping hidung ikut bergerak kembang kempis waktu bernafas)
  • Kejang
  • Kesadaran menurun

Pengobatan ISPA

Bila kamu mengalami gejala gejala di atas, konsultasilah ke dokter. Dokter akan meresepkan obat sesuai kriteria ISPA. Adapun anjuran yang diberikan dokter untuk mengurangi keluhanmu diantaranya :

  • Istirahat yang cukup (tidur malam 6-8 jam/hari)
  • Minum air putih minimal 2lt/hari atau sesuai kebutuhan
  • Kompres air hangat bila kamu demam

Apa saja yang dapat dilakukan untuk mencegah ISPA?

  • Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi seimbang,  berolahraga secara teratur, serta tidur yang cukup (6-8 jam perhari).
  • Rajin mencuci tangan, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
  • Menghindari menyentuh bagian wajah, terutama mulut, hidung, dan mata dengan tangan agar terhindar dari penyebaran virus dan bakteri.
  • Tidak merokok dan menghindari paparan asap rokok orang lain

Buat kamu yang sedang sakit ISPA, terapkanlah etika batuk untuk mencegah penularan pada orang lain


logo-long

Alo Gaes merupakan media komunikasi yang berisi info-info kesehatan remaja, mulai dari isu pubertas, gizi, hingga kesehatan mental. Alo Gaes juga bisa lho sebagai sarana kamu berkonsultasi singkat atau tanya-tanya soal kesehatan fisik maupun mental dari ahlinya langsung. Kami juga terbuka untuk kamu-kamu yang mau kirim artikel atau hasil karya lain lho.

Konten Terbaru

Selamat datang di Puskesmas Kembangan. Fitur chat ini khusus curhat online remaja
//
Dokter Umum
Kak Wanda
//
Bidan
Kak Ita
//
Ahli Gizi
Kak Desi
//
Dokter Umum
Kak Agnes
//
Dokter Umum
Kak Micca
//
Perawat
Kak Dadang
//
Apoteker
Kak Priska
//
Psikolog
Kak Ros
//
Jak-GO (Jaringan Konsultasi Gigi Online)
Pelayanan Gigi
//
Call Center
Call Center
WhatsApp