Bertahan dan Berdaya dalam Situasi Sulit
Gaes, peristiwa dalam hidup manusia tentu sangat bervariasi. Kesulitan dan “jatuh” dapat menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam hidup. Yuuk jadikan semuanya pengalaman dan bangkit kembali.
Setiap orang punya pengalaman sendiri loohh, misalnya :
- Penyakit diabetes bagi pasien A dianggap sebagai hal yang biasa dan membuatnya justru semakin semangat menjalani hidup; namun bagi pasien B dianggap sebagai penyakit yang sangat menakutkan dan membuatnya merasa hidup tidak ada gunanya lagi.
- Putus cinta bagi remaja X membuatnya sangat terluka hingga merasa diri tidak berguna dan sulit move on; sementara putus cinta bagi remaja Y dianggap sebagai hal yang wajar dalam sebuah hubungan dan ia dapat mencari pasangan baru dengan cepat
- Sekolah/bekerja/kuliah secara online dirasa lebih menyenangkan, tenang dan nyaman bagi individu O, namun bagi individu P justru membuatnya sering tidak bisa berkonsentrasi
“Suatu kejadian menjadi sumber stress atau tidaknya bergantung pada persepsi atau penilaian individu terhadap peristiwa tersebut”
Lalu, apa yang dimaksud dengan Relisiensi ?
Mau dan siapkah saya untuk bangkit kembali?
Meningkatkan Relisiensi, bagaimana caranya?
Apa saja yang dibutuhkan dalam membangun dan meningkatkan Relisiensi ?
Sumber :
- Cohen, H. (2018). What is Resilience?. Psych Central. Retrieved on April 17, 2020, from https://psychcentral.com/lib/what-is-resilience/
- Joelson, R. B. (2018). Reacting and Responding: The Difference Between the Two, and The Impact They Have on Our Lives. Psychology Today. Retrieved on April, 19, 2020, from https://www.psychologytoday.com/us/blog/moments-matter/201801/reacting-and-responding
- Newman, R. (2005). APA‟s Resilience Initiative. Professional Psychology: Research and Practice. Vol. 36, No. 3, 227–22
- Taylor, S.E. (2015). Health Psychology 9th Ed. New York: McGraw Hill.
Author : Rami Busyra Ikram, M.Psi., Psikolog