Bucin, Toxic Relationship, dan Kekerasan
Halooo Gaes…………….
Pada hari Jumat, 13 Oktober 2020 lalu, Puskesmas Kecamatan Kembangan telah menyelenggarakan acara SPEAK #07 (Seminar, Promosi dan EdukAsi Kesehatan) series 02 dengan topik “Galau karena bucin? Hempaskan dan move on yuk”.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak individu agar menyadari tentang relasi yang sehat dan tidak sehat, membangun kesadaran individu untuk lebih mencintai dan memahami dirinya sendiri agar lebih rasional dan lepas dari relasi yang tidak sehat sebelum menikah, mencegah munculnya kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga bagi pasangan remaja dan dewasa awal, serta mencegah terjadinya pernikahan anak/remaja di bawah 19 tahun.
Acara ini seru banget lho, dan diikuti oleh 193 peserta, dimana selain peserta remaja, acara ini diminati juga oleh peserta dewasa muda, guru, bahkan orang tua juga ada yang ikut lho. Pesertanya sangat proaktif dan ada beberapa juga ternyata yang pernah mengalami bucin hehehe….
Acara ini dimoderatori oleh dokter PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) kesayangan kita yaitu dr. Irmawati, dan menghadirkan 2 psikolog klinis yang keren sebagai narasumber yaitu Citra Anakomi, M.Psi., Psikolog dan Rami Busyra Ikram, M.Psi., Psikolog. Kalian ikutan ga?
Buat kalian yang ga sempat ikutan, berikut kami rangkumkan materinya.
Tema kali ini ngebahas apa sih?
Naahh….Sesuai judulnya, kita bahas tentang tema yang lagi Hits di kalangan anak muda, yaitu Bucin, yang sedikit banyaknya berkaitan dengan relasi yang tidak sehat atau toxic relationship.
Jadi, Bucin itu apa?
Menurut Kak Citra, Bucin atau budak cinta itu istilah anak zaman now untuk salah satu hubungan yang tidak sehat, yaitu co-dependency (sebuah pola hubungan yang membuat diri kita tergantung pada persetujuan pasangan terhadap hampir setiap keputusan yang dibuat). Jadi kurnag lebihnya Bucin itu adalah Perilaku menghamba, atas nama cinta, dimna seseorang secara sukarela mendedikasikan seluruh hal yang dimiliki untuk memenuhi harapan/mewujudkan kebahagiaan sosok yang dicintai.
Apa ciri cirinya seseorang kalau lagi bucin?
Ada beberapa ciri yang mennandai sikap seseorang yang lagi bucin, seperti :
- Logikanya tumpul : ga bisa mikir secara rasional lagi
- Membentuk idealisasi : meyakini pasangannya sempurna
- Ga menyadari kalau lagi bucin : Jadi suka dimanipulasi/dimanfaatkan
- Merasa ga aman/ga PD kalau ga dekat pasangan
- Terobsesi terus memikirkan pasangan : sehingga aktifitas rutinnya jadi terganggu
- Menganggap pasangan selalu lebih : bahkan jadi mentolerir sikap apapun dari pasangan
- Rela berkorban (apapun) : bisa materi, waktu, bahkan sampai kehormatan
- Bahkan ada yang melakukan tindak kriminal : mencuri, membunuh pacar, atau tindak kejahatan lainnya. Wah…..Wah…..
Apa sebabnya seseornag bisa jadi bucin?
Masih menurut Kak Citra, ada 2 faktor yang membuat seseorang jadi bucin, yaitu faktor fisik (kimiawi di otak) dan juga faktor psikologis. Faktor fisik ada kaitannya dengan intensitas hormon yaitu dopamin, yang akan menimbulkan kepuasan bagi otak sehingga menjadi kecanduan.
Faktor psikologis yaitu persepsi diri yang kurang baik (rendah diri, konsep diri yang buruk, dukungan sosial yang kurang), perolehan cinta dari orang terdekat (keluarga) yang tidak memadai, adanya masalah yang belum selesai di masa lalu (trauma masa lalu).
Emang dampaknya separah apa sih bucin itu?
Banyak lho, dan lebih ke dampak negatif seperti :
- Dikritik dan dijauhi orang terdekat
- Sulit mencapai tujuan hidup
- Menciderai persepsi diri
- Terjebak dalam toxic relationship, yang ujung ujungnya menjadi cikal bakal kekerasan, baik kekerasan verbal, fisik, bahkan bisa juga kekerasan seksual…..Sereeeemmm
Terus gimana dong biar ga bucin lagi?
Pastinya kamu harus move on dari hubungan yang ga sehat begitu…. Cintai diri kamu.
Nah sekarang kita bahas yuk tentang Mencintai diri sendiri (self love)
Self Love itu sama ga dengan narsis?
Tentu saja beda. Menurut Kak Rami, self love itu memandang diri secara positif dengan tetap sadar pada kelebihan dan kekurangan yang dimiliki secara utuh dan seimbang.
Self love juga berarti yakin terhadap diri sendiri, sadar akan keberhargaan diri. Termasuk menerima kondisi tubuh sendiri juga merupakan bagian dari self love. Pada akhirnya citra diri kita akan membentuk bahwa kita berhak diperlakukan secara sopan oleh orang lain, sehingga hubungan pun menjadi lebih sehat. Dan kita akan merefleksi diri untuk fokus pada yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan, bukan hanya sekedar mengikuti trend (punya pacar keren tapi kita merasa tersiksa dalam hubungan).
Ga gampang lho buat mencintai sendiri
Betul, terkadang ada hambatan kita untuk mencintai diri kita sendiri seperti perasaan khawatir (takut disangka narsis, egois, sombong) dan juga cemas (khawatirnya cuma dia doang yang sayang / yang mau sama kita), oleh karena itu perlu dukungan dari orang-orang terdekat, seperti :
- Memahami bahwa self love itu sebuah proses : ga instan
- Menemani, mendengarkan kebutuhannya
- Menunjukkan dukungan, bukan memberikan ceramah atau penghakiman yang tidak perlu
- Koneksikan dengan lingkungan yang positif, bila perlu bisa minta bantuan profesional seperti psikolog
Nah….. coba sekarang refleksikan diri….. Selama ini sehat ga sih hubungan kamu? Bila dirasa kamu sedang dalam kondisi bucin, yuk move on, cintai diri kamu, karena kamu berharga.
Bila kamu perlu bantuan profesional silakan datang ke Puskesmas Kecamatan kembangan melalui layanan PKPR atau layanan psikolog secara langsung atau kalau kamu butuh informasi layanan bisa menghubungi call center Puskesmas Kecamatan Kembangan di 0811-1848-483