Menjaga Kesehatan Mental Selama Wabah COVID19
Hai Gaes, apa kabarnya? Di tengah situasi pandemic ini semoga kalian tetap sehat yaa. Bagaimana belajar di rumahnya?
Sebelumnya kan kita udah bahas tentang penyakit dari virus Covid-19, bagaimana dampaknya dengan kalian? Ada yang merasa stress ga? Mencari tahu informasi mengenai Covid-19 itu penting banget lho, supaya kita tetap waspada, tapi sebaiknya juga jangan berlebihan. Kenapa memang? Yuk kita baca ulasan berikut ini.
Hubungan antara Pikiran, Perasaan, dan Sensasi Tubuh / Fisik
- Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa kesehatan fisik berhubungan erat dengan kesehatan mental. Begitu pula sebaliknya.
- Di kondisi pandemic covid-19 ini, munculnya perasaan cemas dan takut merupakan hal yang normal
- Cemas dan takut merupakan salah satu tanda pertahanan diri
- Kedua emosi tersebut membuat kita lebih waspada terhadap bahaya memunculkan stress
Apa itu Stres?
- Stres adalah pengalaman emosional yang disertai dengan perubahan biokimia, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang diarahkan baik untuk mengubah peristiwa yang dianggap stresful dan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan
- Stressor adalah stimulus, penyebab, atau hal-hal yang memunculkan stres
- Stres dibagi menjadi 2, yakni eustress dan distres
- Eustress : stress positif yang mengarahkan diri lebih optimal dan semangat, dilingkupi oleh emosi yang positif, masih dapat berfungsi dengan baik dan menjalankan aktivitasnya sehari-hari, contoh perilakunya adalah membaca berita tentang COVID19 dari sumber yang terpecaya sehingga tidak mudah terpancing oleh berita yang belum jelas kebenarannya.
- Distress : Stress yang dapat mengganggu keberfungsian hidup, biasanya dilingkupi oleh emosi negative terus-menerus, keberfungsian hidup dan aktivitas sehari-hari menurun, contoh perilakunya adalah tidak mau mandi, tidak mau makan, tidak dapat membedakan mana info hoax mana yang bukan
Distress dapat mengganggu kesehatan
- Distres menimbulkan efek fisiologis pada tubuh, seperti tekanan darah tinggi, imun tubuh menurun sehingga tubuh kesulitan untuk melawan infeksi
- Distres mempengaruhi perilaku hidup sehat. Individu yang hidup dengan distres kronis memiliki kebiasaan kesehatan yang lebih buruk. Perilaku kesehatan yang buruk termasuk merokok, gizi buruk, kurang tidur, kurangnya olahraga, dan penggunaan zat seperti obat-obatan dan alkohol.
- Distres bisa membuat seseorang menghindari kontak sosial atau, lebih buruk lagi, mengurung diri dan Optimisme, harga diri, dan rasa kontrol pribadi juga berkontribusi terhadap kesehatan yang baik, namun stres dapat melemahkan keyakinan tersebut.
- Individu yang mengalami distress cenderung menunda mencari perawatan untuk mengatasi gangguan yang dialami atau mereka mungkin tidak mencari perawatan sama sekali.
Lantas, Apa yang Perlu Kita Lakukan dalam Menghadapi Pandemi Covid-19 ini dong Gaes?
- Melakukan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) : konsumsi makanan yang bergizi, banyak minum air putih, selalu mencuci tangan dengan 6 langkah, mandi, berjemur saat pagi hari, olahraga ringan di rumah
- Melakukan etika batuk dengan benar (menggunakan masker dan/atau menggunakan siku bagian lengan dalam saat batuk ataupun bersin)
- Membatasi durasi penggunaan media social dan menonton berita terkait covid-19 (tentukan durasi lamanya Anda akan mengakses media tersebut)
- Mute / unfollow akun-akun yang hanya berisi ujaran kebencian, hoax, atau hal negative lainnya
- Tahan keinginan untuk langsung menyebarluaskan informasi tertentu. Cek terlebih dahulu kebenaran informasi yang diterima melalui berbagai sumber yang terpercaya lewat internet (website institusi resmi, WHO, dan sebagainya). Jangan mudah percaya pada berita-berita yang disebarluaskan dan belum jelas kebenarannya.
- Lakukan hobby atau kebiasaan yang menyenangkan bagi Anda, misalnya mendengarkan musik, memasak, menjahit, dll
- Menjaga jarak fisik saat berbicara dengan orang lain. Usahakan untuk menjaga jarak setidaknya 1,5 meter saat Anda berbicara dengan orang lain. Hindari kontak fisik secara langsung, seperti berjabat tangan, mencium pipi kanan-kiri
- Tetaplah berkomunikasi dan saling bertanya kabar dengan anggota keluarga maupun kerabat melalui telf, chat, video call
- Istirahat yang cukup untuk memulihkan kembali energi yang telah terpakai
Sumber literatur :
Taylor, S.E. (2015). Health Psychology 9th Ed. New York: McGraw Hill.
Parker, K. N., & Ragsdale, J. M. (2015). Effects of Distress and Eustress on Changes in Fatigue From Waking to Working. International Association of Applied Psychology, 3(7). Diakses dari https://doi.org/10.1111/aphw.12049
Penulis : Rami Busyra Ikram, M.Psi., Psikolog